Apa yang kau lakukan dalam kesendirian, dalam rasa sakit dan kehilangan?
Jawabannya akan mencerminkan siapa dirimu, tingkat kematangan, kestabilan emosional, komitmen dari tujuan semula.
Aku belajar menikmati hal yang dahulu terasa remeh. Berlama-lama di kampus setelah mengajar, bercakap dengan office boy, makan siang dengan beberapa mahasiswa.
Hal-hal yang tergeletak tanpa kurasa dulu punya waktu untuk memungutnya; senyuman petugas parkir, sapaan penjaga toilet, monolog Wimar Witoelar di Djakarta.
Aku meraba senyum dan mulai belajar tertawa, mungkin seperti pertama kalinya. Mungkin karena tidak ada hal lain yang mampu, mungkin karena aku benar-benar tidak punya pilihan.
Mungkin kali ini aku hanya ingin berkomitmen dengan aku sendiri...
Hati-hati Tiara, jangan sembarangan menitipkan hatimu.
1 comment:
Kadang mungkin kita dibuat buta oleh rasa, menuntut selalu bersama, rasa takut yang berlebihan bila tidak ada pasangan, kematangan yang terselamuri oleh hal-hal indah didepan mata, emosi yang makin sulit di atasi dan (apalagi) komitmen.
Betul banget, setuju dengan jangan sembarangan hati ... Hancur lebur dan babak belur manusia dibuatnya ...
Post a Comment